Sekian lama aku bersamamu ternyata tak pernah cukup. Aku malu pada waktu, karena sudah memberikan kesempatan untuk tetap tinggal, namun aku selalu rindu. Lihatlah mata senduku yang selalu ingin didekatmu. Yang tak pernah ingin pergi dan berlabuh ke lain hati.
Rintik hujan menghiasi hari. Membuat kaca kaca berembun dan berbayang menjadi senyum diwajahmu, tawa di pelupuk mata. Bola mata hitam semakin jelas hanya ada kita berdua. Walau dalam ikatan berbeda.
Wangi hujan membuatku tenang, seperti ada dalam pelukanmu. Angin bersiul seakan aku mendengar celotehmu. Apa ini hanya khayalanku? Mungkin ini bagian dari serbuk-serbuk rindu. Jika kau merasakan hal yang sama, itu adalah diriku yang sedang menari dipikiranmu.
Rindu yang aku kirim ke kamu melalu angin, angin sampaikan pada awan agar menurunkan hujan, lalu hujan membasahinya hingga ke jiwa-jiwa yang pernah terluka, menggantinya dengan kesejukan yang abadi dalam naluri. Kasih yang akan selalu tersimpan dihati. Tak akan pudar meski digerus oleh zaman. Walau pada kenyataannya cinta ini tak bertuan.
Perjalanan panjang yang selama ini sudah aku lalui ternyata membekas dihati. Akan selamanya terulang dalam memori.
Hingga saat ini rindu itu menjadi sebuah sapa untukmu. Jika kamu tak percaya, tengoklah langit malam, lihatlah bintang yang bersinar. Itu aku, tetap bersinar bersama serbuk serbuk rindu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar